cover
Contact Name
Mokhamad Fakhrul Ulum
Contact Email
ulum@apps.ipb.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
arshivetlett@apps.ipb.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
ARSHI Veterinary Letters
ISSN : -     EISSN : 25812416     DOI : -
Core Subject : Health, Agriculture,
ARSHI Veterinary Letters (ARSHI Vet Lett) (e-ISSN 2581-2416) is an open access, peer-reviewed, online journal that publishes original manuscript should be produced from latest scientific results which not last than 5 years in all areas of veterinary sciences. Manuscripts is written in Indonesian or English ARSHI Vet Lett includes a rapidly and briefly updated scientific study with not only limited to reports of case study but also covering all aspects of practical clinical science in veterinary medical services. ARSHI Vet Lett is published by the Faculty of Veterinary Medicine of the Bogor Agricultural University (FKH IPB) in collaboration with the Indonesian Veterinary Hospital Association (ARSHI). This journal is published since 2017 (first in mid of the year, volume 1, published in 2 issue i.e. August and November), and next volume will publish 4 (four) times in 1 (one) year, i.e. in February, May, August, and November.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 3 No. 3 (2019): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2019" : 10 Documents clear
Vulnus laceratum pada burung kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) Ayu Syilvita Amanda
ARSHI Veterinary Letters Vol. 3 No. 3 (2019): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2019
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.842 KB) | DOI: 10.29244/avl.3.3.41-42

Abstract

Vulnus laceratum adalah luka yang berbentuk tidak beraturan akibat terkena benda tajam atau tumpul yang menembus kulit atau otot. Vulnus laceratum terjadi pada Burung Kakatua yang datang ke Rumah Sakit Hewan Jawa Barat. Pemilik mengatakan bahwa burung ini menggigit kaitan mainan yang ada di kandang. Kaitan besi tersebut menembus kulit di dekat paruh bagian bawah. Burung masih aktif dan nafsu makan masih bagus, namun saat minum air keluar dari luka robekan tersebut. Tindakan penanganan yang dilakukan adalah bedah penjahitan vulnus dengan anestesi total. Anestesi menggunakan Ketamine dosis 25-50 mg/kg dan Acepromazine dosis 0,5-1,0 mg/kg untuk Psittacine. Terapi pascabedah yaitu dengan pemberian Amoxicillin dosis 125 mg/kg secara oral dan salep Gentamicin mengandung antibiotik topikal untuk dioleskan pada luka jahitan. Pemilik mengatakan bahwan jahitan yang berada dikulit terlepas karena digaruk oleh burung setelah 7 hari pascabedah. Meskipun menyisakan lubang kecil dalam proses persembuhan, namun saat minum sudah tidak terjadi kebocoran lagi. Secara umum kondisi burung sudah membaik dan beraktifitas normal kembali.
Penutupan luka kulit di area femur dengan rotation flaps pada kucing lokal . Erwin; . Amiruddin; . Rusli; . Etriwati; Hafifatul Aini
ARSHI Veterinary Letters Vol. 3 No. 3 (2019): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2019
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (292.064 KB) | DOI: 10.29244/avl.3.3.47-48

Abstract

Rumah Sakit Hewan Pendidikan Prof. Noerjanto Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala menerima pasien seekor kucing lokal jantan, berusia 3.5 tahun, berat badan 3 kg dengan keluhan pemilik adanya luka dengan diameter yang semakin membesar di area femur. Pemeriksaan menunjukkan kondisi fisik baik, ditemukan luka berdiameter ± 4-5 cm area femur. Pemeriksaan hematologi menunjukkan adanya peningkatan jumlah sel darah putih mencapai 26 x 103 mL. Penanganan luka kulit dilakukan menggunakan teknik retraksi kulit yang berasal dari sekeliling luka dengan metode rotation flaps. Penjahitan luka metode rotation flaps menggunakan benang bedah Silk 3/0 USP dengan tipe jahitan simple interrupted dan vertical mattras pattern. Kedua tepi luka sudah mulai bertemu setelah 12 hari tindakan bedah dan rotation flap sembuh total disertai dengan pertumbuhan rambut setelah hari ke-20. Rotation flap merupakan teknik bedah yang dapat diterapkan untuk penutupan luka pada kulit dengan diameter besar pada tubuh hewan.
Canine benign hyperplasia prostate on male pug dog Zulfa Ichsanniyati R. Ciwi Fadhlillah; I Nengah Yogiswari; Siti Zaenab; Deni Noviana; Sukmasari Arifah
ARSHI Veterinary Letters Vol. 3 No. 3 (2019): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2019
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.276 KB) | DOI: 10.29244/avl.3.3.49-50

Abstract

An 9-years-old male pug was examined for stranguria and letargic in one week. The dog has no testicles as the owner claimed that the dog had been castrated a few years ago. Abdominal palpation shows bladder retention filled with urine but no blockage was found. Urine sedimentation contained blood and few unknown crystal. Hematology showed mild anemia and leukocytosis while blood chemistry only found mild hyperglobulinemia. Radiography showed prostate enlargement. Ultrasound examination was showing mild nephrolithiasis, cystitis and prostatic enlargement. Diagnosis of benign prostate hyperplasia is suspected but doubtful because the animal has been castrated. Differential diagnose was prostatic cysts, infection and cancer. The dog received finasteride 1 mg/kg twice a day orally for 60 days and antibiotic. Urine catheter was temporarily installed to evacuate urine twice a day. Post treatment ultrasound was performed 20 days later and showed evident involution of prostate sizes. An enlarge irregular testicle was also found in right dorsolateral of bladder. Monorchid castration was performed at 60 days of finasteride. The dog was diagnosed with monorchid induce benign prostate hyperplasia from the radiography and ultrasonography. The prostate size was reduced after finasteride administration
Kecacingan pada burung cendrawasih (Paradisaea sp.) di pusat penyelamatan satwa cikananga sukabumi Cut Aldila Febiana; Inna Rakhmawati; Risa Tiuria
ARSHI Veterinary Letters Vol. 3 No. 3 (2019): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2019
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.514 KB) | DOI: 10.29244/avl.3.3.43-44

Abstract

Kecacingan merupakan salah satu masalah kesehatan yang dapat terjadi pada burung cendrawasih di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga Sukabumi Jawa Barat. Pemeriksaan tinja rutin menggunakan metode flotasi dan Mc Master dilakukan untuk mengetahui kejadian infeksi cacing pada burung cendrawasih. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 5 dari 5 ekor burung cendrawasih positif terinfeksi cacing Cappilaria sp. dan Heterakis sp. Faktor infeksi berkaitan dengan sanitasi lingkungan sehingga pencegahan dapat dilakukan melalui sanitasi kandang dan pemberian batu pada dasar kandang.
Batu kandung kemih pada iguana hijau (Iguana iguana) Gunanti Soeyono; Melpa Susanti Purba; Rahul Ajie Saksena; Martapuri Rani Wijaya; Ainul Khadija Saleema; Laras Weningtyas
ARSHI Veterinary Letters Vol. 3 No. 3 (2019): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2019
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.494 KB) | DOI: 10.29244/avl.3.3.45-46

Abstract

Seekor iguana hijau (Iguana iguana) betina berumur 8 bulan dengan berat badan 470 g. Pemilik mengeluhkan adanya massa yang besar dan keras di dalam abdomen sejak kecil dan membesar seiring bertambahnya usia. Tidak terdapat perubahan pada pola tingkah laku, nafsu makan, defekasi serta sekresi cairan urin dan urat pada iguana selama pemeliharaan. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diagnosa radiologi (radiografi dan ultrasonografi) dilakukan. Hasil pemeriksaan radiografi terlihat adanya massa radiopaque berbentuk bulat di organ vesika urinaria. Berdasarkan hasil USG terlihat adanya massa hiperekhoik dengan bayangan akustik pada vesika urinaria. Berdasarkan hasil diagnosa penunjang di atas, iguana di diagnosa mengalami urolithiasis atau batu kandung kemih (bladder stone) dengan prognosa fausta. Iguana diterapi dengan pembedahan cystotomy untuk mengambil bladder stone. Lima hari pasca-cystotomy nafsu makan iguana sudah membaik, defekasi serta sekresi urin dan urat terpantau normal.
Induksi anastesi menggunakan Ket-A-Xyl® pada kucing domestik Dwi Utari Rahmiati; Dwi Wahyudha Wira
ARSHI Veterinary Letters Vol. 3 No. 3 (2019): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2019
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (624.401 KB) | DOI: 10.29244/avl.3.3.53-54

Abstract

Kombinasi Ketamine dan Xylazine sebagai induksi anastesi sangat umum digunakan pada hewan kecil. Protokol pemberiannya umumnya didahului dengan pemberian Atropin sulfat sebagai premedikasi yang diberikan secara tersendiri. Produk baru yang berisi kombinasi ketamine, atropine dan xylazine (Ket-A-Xyl® 20 ml, AgroVet, Peru) telah dipasarkan di Indonesia untuk induksi anastesi pada anjing. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek induksi anastesi sediaan Ket-A-Xyl pada kucing domestik. Hasil pemberian sediaan ini pada kucing domestik memiliki onset 3.33 ± 2.07 menit dan durasi 59.5 ± 11.11 menit. Induksi dengan sediaan ini menimbulkan efek anastesi yang berlangsung sangat halus, tenang, tidak menimbulkan muntah serta memiliki efek muscle relaxant yang baik. Hewan coba sebagian besar tidak menunjukkan adanya delirium. Sediaan Ket-A-Xyl® dinilai efisien dalam mengurangi waktu yang diperlukan pada fase preanastesi meskipun efek hipotermia terjadi pada seluruh hewan
Sonogram features of myxomatous mitral valve disease and abdominal organ dissorders in a senior mini pomeranian Nindya Dwi Utami; Deni Noviana
ARSHI Veterinary Letters Vol. 3 No. 3 (2019): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2019
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.99 KB) | DOI: 10.29244/avl.3.3.51-52

Abstract

A 12-years-old mini pomeranian with clinical symptom of coughing was referred to Veterinary Teaching Hospital, Faculty of Veterinary Medicine, Bogor Agricultural University for evaluation. The radiogram showed difus interstitial nodular pattern on the lungs and enlargement of the spleen. Abdominal ultrasonography and echocardiography was performed to further diagnose the dog. Abdominal ultrasonography was taken using linear probe with frequency 5-11 MHz. Echocardiography was perfomed with right parasternal and left apical views using microconvex probe, with frequency 6-8.8 MHz. Abdominal utrasonogram showed that the dog had billiary sludge, mild splenitis, nephrolithiasis, and urolithiasis. Two dimensional Brightness-mode echocardiography showed thickened and prolapsed mitral valve. Two-dimensional M-mode echocardiography showed increasing of left ventricle lumen dimension (LVID) at systole, decreasing of fractional shortening (FS), and enlargement of left atrial. Color Flow Doppler-mode revealed there was mild regurgitation at the mitral valve. These results lead diagnosis to dilated cardiomyopathy and myxomatous mitral valve disease
Urinalisis pada urin kucing dengan kasus feline urologic syndrom di klinik hewan La Femur Surabaya Desty Apritya; Sinawang Suryaning Kartika
ARSHI Veterinary Letters Vol. 3 No. 3 (2019): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2019
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (536.185 KB) | DOI: 10.29244/avl.3.3.55-56

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis urin berdasarkan kejadian feline urologic syndrom (FUS) di klinik hewan La Femur Surabaya terhadap terbentuknya albumin, eritrosit serta kristal urin. Metode penelitian ini menggunakan purposive sampling. Sampel urin dari 15 pasien yang dianalisis merupakan urin dari kucing yang terdiagnosa FUS dengan gejala klinis berupa stranguria, anuria, pollakiuria, hematuria serta pada palpasi abdomen terdapat distensi vesika urinaria. Analisis urin dilakukan dengan metode dipstick dan mikroskopik. Hasil urinalisis ditemukan positif albumin sebesar 53,3% dan eritrosit sebesar 80%. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan kristal kalsium oksalat 40%, struvit 13% dan tidak ditemukan kristal (negatif) 47%.
Teknik koleksi dan analisa cairan serebrospinal pada hewan kecil Diah Pawitri; Deon Wibatsu Kristiawan
ARSHI Veterinary Letters Vol. 3 No. 3 (2019): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2019
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (338.37 KB) | DOI: 10.29244/avl.3.3.59-60

Abstract

Cairan serebrospinal (Cerebrospinal Fluid/CSF) terdapat pada otak dan sumsum tulang belakang yang dilapisi oleh lapisan meninges. Penyakit yang terjadi pada daerah ini dapat menyebabkan perubahan karakteristik pada cairan cerebrospinal. Analisa CSF merupakan bagian dari evaluasi diagnostik hewan yang memiliki indikasi adanya gangguan neurologik terutama seperti meningitis, ensefalitis dan myelitis yang memengaruhi sistem syaraf pusat, meninges dan sekitarnya, serta akar syaraf. Cairan serebrospinal dapat dikoleksi dengan metode atlanto-occipital cistern puncture dan lumbar puncture. Hewan diberikan anastesi general dan dibaringkan sternal atau lateral recumbency untuk memudahkan proses koleksi CSF. Cairan serebrospinal dapat di analisa melalui tampilan cairan, biokimia dan sitologi. Pengetahuan mengenahi teknik pengambilan CSF diperlukan untuk meminimalkan resiko cedera syaraf dan hal yang berkaitan dengan metodenya secara singkat dibahas dalam tulisan ini.
Animal model of diabetic keratopathy Pitra Ariesta Shinta Dewi; Ratna Sitompul; Jeanne Pawitan; Aroem Naroeni
ARSHI Veterinary Letters Vol. 3 No. 3 (2019): ARSHI Veterinary Letters - Agustus 2019
Publisher : School of Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Bogor Agricultural University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.534 KB) | DOI: 10.29244/avl.3.3.57-58

Abstract

Diabetic keratopathy is one of the most common ocular complications in diabetes mellitus. Protocol for diabetes induction in rat model also has been established in many centers. Nonetheless, method in developing diabetic keratopathy rat model has not been well covered. Streptozotocin (STZ) -induced diabetes is widely being used as animal diabetic model. The purpose of this study is to obtain an animal model of diabetic keratopathy that can be used to study the morphology, metabolism, and function of cornea in cases where human samples can be difficult to obtain. A single dose STZ (50 mg/kg) was injected intraperitoneally to control and intervention group. Plasma glucose level concentrations were tested in day 3 postinjections. Obtained animal model of diabetic keratopathy, with significant difference of blood glucose level between intervention and control group (P<0.00). Sensibility of cornea was decreased by week 14th in intervention group. Epithelial defect were more prominent in diabetic group. Despite the differences between human and animal characteristic of diabetic keratopathy, the use of animal models has contributed to better understanding of this disease and to examine more effective treatment.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2019 2019